SEPI ANGIN DARI KINABALU...

ku titipkan rinduku dari perantauan pada kedua orang tuaku di dalam blog ini...Ya Allah Ya Tuahnku,limpahkan lah Rahmat kasih sayangMu pada mereka....lindungi dan jauhkanlah mereka dari kecelakaan serta kurniakanlah kebahagiaanMu pada mereka di dunia dan akhirat....sesungguhnya aku terlalu menyayangi mereka...amin..

Sunday, January 30, 2011

AIR MATA IBU

Air mata ibu
mengalir,
bila mendengar tangisan si kecil,
masih merah salutan darah kelahiran.
Biarpun penat bersabung nyawa,
senyuman tetap terukir
ceria memekar taman jiwa.
Segala puncak sengsara
hancur semerta,
selamat zuriat melihat dunia…
Air mata ibu
mengalir,
bila mendengar tangisan si kecil,
masih merah salutan darah kelahiran.
Biarpun penat bersabung nyawa,
senyuman tetap terukir
ceria memekar taman jiwa.
Segala puncak sengsara
hancur semerta,
selamat zuriat melihat dunia…
Air mata ibu
menitis lagi,
bimbang resah mengulit diri,
sepanjang malam berjaga gelisah,
kerana si kecil masih mentah
meraung sakit ditimpa musibah…
Hari itu,
air mata ibu
bergerimis lagi,
bukan kepiluan
tapi kebanggaan,
melihat permata digilap kejayaan
tak kering bibirnya dengan senyuman,
tak lekang lidahnya pujian kesyukuran…
Takdir tuhan siapa menyangka,
harap panas bertahan
sang hujan bertamu ditengah laman…
Tika ini,
air mata ibu
bergenang kelukaan,
hati tua robek
sarat calaran,
permata kebanggaan
hilang kilauan kemanusiaan,
didikan tinggi tiada pedoman,
akibat gelap hati iman
harta nafsu jadi panduan…
Kemuliaan ibu,
hilang
ditimbus padam,
insan mulia
yang sarat pengorbanan
ditinggal gersang…
Rintihan si ibu,
Kesepian…
Kesedihan…
Kekecewaan…
Bukan balasan jasa
pintaan jua,
cukuplah secebis kasih permata
sementara jasad bersisa nyawa
biar tenang menutup mata…


Air mata ibu
menitis lagi,
bimbang resah mengulit diri,
sepanjang malam berjaga gelisah,
kerana si kecil masih mentah
meraung sakit ditimpa musibah…
Hari itu,
air mata ibu
bergerimis lagi,
bukan kepiluan
tapi kebanggaan,
melihat permata digilap kejayaan
tak kering bibirnya dengan senyuman,
tak lekang lidahnya pujian kesyukuran…
Takdir tuhan siapa menyangka,
harap panas bertahan
sang hujan bertamu ditengah laman…
Air mata ibu
mengalir,
bila mendengar tangisan si kecil,
masih merah salutan darah kelahiran.
Biarpun penat bersabung nyawa,
senyuman tetap terukir
ceria memekar taman jiwa.
Segala puncak sengsara
hancur semerta,
selamat zuriat melihat dunia…
Air mata ibu
menitis lagi,
bimbang resah mengulit diri,
sepanjang malam berjaga gelisah,
kerana si kecil masih mentah
meraung sakit ditimpa musibah…
Hari itu,
air mata ibu
bergerimis lagi,
bukan kepiluan
tapi kebanggaan,
melihat permata digilap kejayaan
tak kering bibirnya dengan senyuman,
tak lekang lidahnya pujian kesyukuran…
Takdir tuhan siapa menyangka,
harap panas bertahan
sang hujan bertamu ditengah laman…
Tika ini,
air mata ibu
bergenang kelukaan,
hati tua robek
sarat calaran,
permata kebanggaan
hilang kilauan kemanusiaan,
didikan tinggi tiada pedoman,
akibat gelap hati iman
harta nafsu jadi panduan…
Kemuliaan ibu,
hilang
ditimbus padam,
insan mulia
yang sarat pengorbanan
ditinggal gersang…
Rintihan si ibu,
Kesepian…
Kesedihan…
Kekecewaan…
Bukan balasan jasa
pintaan jua,
cukuplah secebis kasih permata
sementara jasad bersisa nyawa
biar tenang menutup mata…

Tika ini,
air mata ibu
bergenang kelukaan,
hati tua robek
sarat calaran,
permata kebanggaan
hilang kilauan kemanusiaan,
didikan tinggi tiada pedoman,
akibat gelap hati iman
harta nafsu jadi panduan…
Kemuliaan ibu,
hilang
ditimbus padam,
insan mulia
yang sarat pengorbanan
ditinggal gersang…
Rintihan si ibu,
Kesepian…
Kesedihan…
Kekecewaan…
Bukan balasan jasa
pintaan jua,
cukuplah secebis kasih permata
sementara jasad bersisa nyawa
biar tenang menutup mata…





No comments:

Post a Comment